Surakarta, 1 September 2023 – Program Studi Hubungan Internasional UNS menyelenggarakan talkshow mengenai “Transisi Menuju Renewable Energy” yang bertempat di Ruang Aula FISIP UNS pada Jumat, 1 September 2023.

Kegiatan ini menghadirkan Eko Sulistyo selaku Komisaris PT. PLN Indonesia dan Ferdian Ahya Al Putra selaku dosen Hubungan Internasional FISIP UNS. Talkshow ini mendiskusikan mengenai keterkaitan energi terbarukan dengan kajian-kajian Hubungan Internasional. Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh Kepala Program Studi Hubungan Internasional, Bapak Drs. Ign. Agung Satyawan, S.E., S.Ikom., M.Si., Ph.D., serta sambutan oleh Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMATERS), Steven Dennis Tito, sebagai penyelenggara acara.

Sesi pertama diisi oleh Bapak Eko Sulistyo yang membicarakan mengenai Renewable Energy terutama solar panel dan baterai listrik. Ia juga memaparkan mengenai dasar hukum transisi energi, yaitu Paris Agreement, dimana komunitas Internasional membuat komitmen internasional untuk menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca. Salah satu poin yang disampaikan ialah bahwa negara kaya memiliki kewajiban untuk membantu negara miskin untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Indonesia sendiri telah mengadopsi Paris Agreement dalam UU No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim). Eko kemudian menjelaskan mengenai transisi energi sebagai alat utama untuk peralihan dari bauran energi berbasis bahan bakar fosil ke energi terbarukan dengan emisi karbon terbatas, bahkan nol. Transisi energi ini diperlukan karena penggunaan paling banyak di Indonesia adalah penggunaan energi. PLN sendiri memiliki RUPTL (Rencana Umum Kelistrikan Nasional/Garis Besar Haluan PLN), rancangan pembangunan 2023-2030, dari pembangkit listrik yang akan dibangun, 50% lebih akan menggunakan Pembangkit Listrik Renewable Energy.

Pada sesi kedua, yaitu pemaparan materi oleh Ferdian, secara spesifik membahas mengenai energi dan lingkungan dalam studi Hubungan Internasional. Ia mengatakan bahwa meskipun Hubungan Internasional termasuk rumpun sosial humaniora dan energi lebih familiar dengan studi sains dan teknologi, HI tetap membicarakan mengenai energi. Pada pemaparannya, ia menyampaikan bahwa berbagai fenomena yang ada di dunia berkaitan dengan energi. Sebagai contoh, sengketa wilayah Indonesia dan Malaysia terkait blok Ambalat, di mana dalam sengketa tersebut tidak hanya sumber daya alam yang diperebutkan, namun juga sumber daya energi. Contoh lain, sengketa wilayah Laut Cina Selatan (klaim historis Cina) yang bertentangan dengan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) berkaitan dengan potensi energi yang besar di Laut Cina Selatan. Lalu, konflik yang paling banyak dibicarakan yaitu konflik Rusia dan Ukraina terhadap pasokan energi (gas). 

Pada dasarnya, fenomena hubungan internasional sangat dekat dengan isu-isu energi yang menjadi topik pembicaraan pada talkshow tersebut. Dengan demikian, dilaksanakannya tersebut harapannya dapat menambah khasanah pengetahuan para akademisi, terutama mahasiswa terkait isu-isu energi dalam studi Hubungan Internasional.