Melalui program MBKM tahunan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Kresna Damar Adji—Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret—memiliki kesempatan untuk belajar di salah satu kampus Group of Eight, yaitu kampus terbaik di Australia dalam bidang riset, Australian National University (ANU). Terletak di Ibukota Australia, Canberra, ANU memberikan perspektif unik sebagai program international exposure.

Sebagai kota dengan populasi hanya sekitar 400 ribu penduduk, Canberra merupakan kota yang sangat tenang. Pertokoan umumnya tutup sebelum pukul enam setiap harinya. Akses menuju sentra perbelanjaan, ruang publik, dan tempat makan dapat diraih dengan hanya berjalan kaki karena tata kotanya yang sangat mendukung. Berbeda dengan hiruk-pikuk Indonesia, hal ini berpengaruh ke bagaimana Kresna melakukan aktivitas pembelajaran. Ia dapat belajar hampir di manapun apabila cuaca tidak terlalu dingin. Luasnya ruang publik non-komersil dalam berbagai wujud berdampak baik dengan dinamika situasi belajar sehari-hari.

Lebih lanjut, ANU sendiri memiliki empat perpustakaan—Menzies, Hancock, Chifley, dan Law Library. Masing-masing memiliki spesialisasi koleksi literaturnya sendiri. Kresna umumnya menghabiskan waktu di Chifley dan Hancock untuk belajar karena memiliki fasilitas penunjang belajar paling lengkap. Di sisi lain, ia umumnya menghabiskan waktu di Menzies pada waktu luangnya. Hal ini karena Menzies memiliki koleksi literatur Asia Timur paling ekstensif dibanding ketiga perpustakaan lainnya.

Dari segi kegiatan belajar mengajar di kelas, Australia memiliki sistem yang sangat berbeda dengan Indonesia. Masing-masing kelas umumnya diampu oleh dua sampai tiga fasilitator, terdiri dari dosen dan tutor. Dosen merupakan staf pengajar dan riset tetap yang ada di ANU. Di sisi lain, tutor adalah kandidat PHD dengan riset yang selaras dengan fokus kelasnya. Pun terdapat dua tipe aktivitas belajar pada masing-masing kelas. Pertama, kuliah yang berbentuk seminar seperti kegiatan perkuliahan biasa di Indonesia, di mana dosen menjelaskan dan mahasiswa mendengarkan. Di sisi lain, terdapat pula tutorial, di mana aktivitas utamanya berupa diskusi dua arah antara tutor dan mahasiswa. Diskusi yang dilakukan berkenaan dengan materi kuliah yang diberikan oleh dosen. Tutorial dapat pula dilakukan di luar kelas, yaitu berupa kunjungan ke museum dan perpustakaan.

Canberra juga menawarkan berbagai kegiatan non-akademis bagi mahasiswa internasional. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang terletak di Canberra acapkali mengajak diaspora untuk berkontribusi dengan acaranya yang bertajuk kebudayaan. Rombongan IISMA ANU sendiri pernah ambil andil dalam kegiatan Pasar Senggol yang merupakan bazaar makanan ala Indonesia untuk komunitas lokal dan diaspora lainnya yang berada di Canberra. Terdapat pula Window of The World, satu hari di mana hampir seluruh kedutaan besar yang ada di Canberra membuka pintunya bagi masyarakat Canberra untuk berkunjung, mengetahui kultur lokal dan pemerintahan negara-negara tersebut.

Walaupun tidak sebesar kota lain di Australia, Canberra dan ANU menawarkan perspektif yang unik bagi mahasiswa diaspora seperti Kresna yang belajar selama satu semester di kota ini. Hal tersebut karena ketenangan, serta luasnya ruang publik dari kotanya. ANU juga memberikan perspektif baru bagi mahasiswa Indonesia dengan cara pembelajarannya serta berbagai akses ke sumber daya pengetahuannya. Berbagai acara kebudayaan juga marak diselenggarakan di kota ini, sebagai kota dengan konsentrasi Pegawai Negeri Sipil terbesar di Australia.