Surakarta, 10 Januari 2025 – Program Studi Manajemen (Studi Kebijakan) Universiti Malaysia Terengganu (UMT) mengundang Drs. Ignatius Agung Satyawan, S.E., S.Ikom., M.Si., Ph.D., dosen Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, menjadi dosen tamu dalam kegiatan Industry in the Classroom yang diadakan secara daring pada hari Kamis, 9 Januari 2025. Industry in the Classroom merupakan kegiatan yang bertujuan untuk berbagi pengalaman dan mengenalkan mahasiswa UMT, khususnya Program Studi Manajemen (Studi Kebijakan) dengan dunia industri.

Dalam kegiatan kali ini, Drs. Ignatius Agung Satyawan memaparkan materi terkait “Persoalan Laut China Selatan Kupasan dari Geopolitik ASEAN”. Sebagaimana dipahami, Laut China Selatan mempunyai nilai strategis yang sangat tinggi bagi dunia internasional karena berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya: biodiversitas, perikanan, hingga minyak dan gas alam. Selain itu, Laut China Selatan menjadi salah satu jalur perdagangan bermacam komoditas tersibuk di dunia; lebih dari 30 persen perdagangan dunia melewati jalur ini. Namun saat ini, kawasan Laut China Selatan dihadapkan pada dua persoalan serius, yakni sengketa antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN, serta kerusakan lingkungan.

Isu pertama berkaitan dengan klaim “nine-dash line” oleh Tiongkok. Klaim ini mendapat kecaman keras dari pemerintah dan masyarakat negara-negara ASEAN. Tidak jarang sengketa ini bermuara dengan ketegangan militer dan pertempuran kecil seperti pernah terjadi antara Tiongkok dengan Vietnam dan Filipina. Sementara dalam isu kedua, pertumbuhan ekonomi dan penduduk, serta perubahan iklim telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup di Laut China Selatan. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya kerusakan hutan bakau, terumbu karang, dan lamun (seagrass).

Menggunakan konsep geopolitik, Drs. Ignatius Agung Satyawan menjelaskan bahwa isu di Laut China Selatan tidak lepas dari kepentingan negara-negara adidaya yang ingin mengendalikan kawasan Laut China Selatan. Kekayaan dan letak strategis yang dimiliki Laut China Selatan akan membawa keuntungan besar bagi negara mana saja yang bisa menguasai Laut China Selatan. “Siapapun yang menguasai Laut China Selatan, dia akan menguasai dunia,” papar Drs. Ignatius Agung Satyawan.

Untuk menutup kuliah tamu, Drs. Ignatius Agung Satyawan menyebutkan beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi sengketa wilayah dengan Tiongkok, baik yang sifatnya multilateral maupun unilateral. Drs. Ignatius Agung Satyawan menekankan perlunya respons konkret dari negara-negara ASEAN untuk mencegah agar sengketa Laut China Selatan tidak bereskalasi, serta mengurangi kerusakan lingkungan di kawasan Laut China Selatan.

Walaupun diadakan secara daring, dosen dan mahasiswa Program Studi Manajemen (Studi Kebijakan) UMT sangat antusias dalam mengikuti kuliah tamu ini. Apresiasi diberikan oleh dosen dan mahasiswa UMT atas informasi dan sudut pandang bermakna yang dibawakan Drs. Ignatius Agung Satyawan. Kuliah tamu ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang pertukaran gagasan dan perspektif, namun dapat memperkuat kemitraan Program Studi Hubungan Internasional UNS dengan berbagai universitas di luar negeri.